Views: 0
Esensi Sejati “Follow The Truth: Samina wa Atha’na”
Menyelami Ketaatan Bukan sebagai Intervensi, melainkan Keselarasan dengan Kurikulum Ilahi
Dalam perjalanan kita membangun dan memahami kurikulum “Follow The Truth: Samina wa Atha’na”, satu esensi fundamental seringkali terlewatkan: hakikat dari “mengikuti kebenaran” dan “kami dengar dan kami taat” bukanlah upaya untuk mendikte atau bahkan mengintervensi Curriculum Divine. Justru sebaliknya, ia adalah puncak dari pengakuan, kepasrahan, dan keselarasan dengan Kehendak Allah SWT yang Maha Mengatur dan Maha Mengajar seluruh alam semesta.
Allah: Sang Pengatur Kurikulum Semesta
Konsep ini berakar pada pemahaman akan Asmaul Husna Allah SWT, terutama Al-Hayy (Yang Maha Hidup), Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri, Mengurus Segala Sesuatu), Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta), dan Al-Mudabbir (Yang Maha Mengatur). Allah, dalam keagungan-Nya, adalah Dzat yang Maha Hidup dan mengurus setiap detail kehidupan di alam semesta ini, tanpa terkecuali. Dari galaksi yang berputar hingga detak jantung terkecil pada seekor nyamuk—semua berada dalam pengawasan, pengaturan, dan pengajaran-Nya.
Ini berarti ada “kurikulum ilahi” yang telah ditetapkan dan berjalan secara sempurna di seluruh ciptaan. Pohon tahu bagaimana tumbuh dan berbuah, air tahu bagaimana mengalir, dan setiap sel dalam tubuh kita tahu tugasnya. Mereka semua “taat” pada fitrah dan hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah.
“Follow The Truth”: Menemukan dan Menyelaraskan Diri
Jika demikian, maka esensi “Follow The Truth” bagi manusia adalah tentang:
- Menemukan Kebenaran: Bukan menciptakan kebenaran, melainkan mencari dan mengenali Curriculum Divine yang telah Allah tetapkan melalui wahyu-Nya, Al-Qur’an. Ini adalah pencarian untuk memahami cetak biru (blueprint) kehidupan yang paling benar dan optimal.
- Memahami Peran Kita: Menyadari bahwa sebagai makhluk ciptaan, kita tidak memiliki kuasa untuk mendikte atau mengubah hukum-hukum Allah, baik hukum alam (sunnatullah) maupun hukum syariat. Tugas kita adalah memahami peran dan posisi kita dalam sistem yang telah sempurna ini.
- Melihat Tanda-tanda Kebesaran: Merenungi bagaimana Allah mengajar dan mengatur setiap makhluk, bahkan yang terkecil sekalipun seperti nyamuk yang, dalam segala keterbatasannya, tetap eksis dan menjalankan fungsinya sesuai ketetapan Ilahi. Ini mengajarkan kerendahan hati dan kekaguman.
“Samina wa Atha’na”: Wujud Kepasrahan dan Pelaksanaan
Kemudian, “Samina wa Atha’na” menjadi manifestasi nyata dari kesadaran ini:
- “Samina” (Kami Dengar): Ini adalah respons aktif terhadap Al-Qur’an sebagai wahyu dari Sang Pengatur Kurikulum Semesta. Mendengar di sini berarti memahami dengan hati nurani, bukan sekadar menerima informasi. Kita mendengarkan bagaimana Allah telah mengatur segalanya, dan bagaimana Dia menghendaki kita untuk hidup.
- “Atha’na” (Kami Taat): Ini adalah puncak kepasrahan dan keselarasan. Ketaatan kita bukan karena paksaan, melainkan karena kesadaran bahwa apa yang Allah perintahkan adalah bagian dari Curriculum Divine yang sempurna dan terbaik bagi kita. Kita tidak mencoba “memperbaiki” atau “memodifikasi” apa yang sudah sempurna. Ketaatan ini adalah jembatan antara pengetahuan (wahyu) dan tindakan (amal) yang menjadikan kita harmonis dengan seluruh sistem alam semesta.
Implikasi dalam Pembentukan Karakter
Pemahaman esensi ini memiliki implikasi mendalam bagi pembentukan karakter dalam kurikulum “Follow The Truth”:
- Tawakal dan Optimisme: Menumbuhkan tawakal yang hakiki, karena kita yakin bahwa setiap ketentuan Allah adalah bagian dari kurikulum yang lebih besar dan sempurna, meskipun terkadang kita tidak memahami hikmahnya secara instan. Ini melahirkan optimisme dan ketenangan jiwa.
- Kerendahan Hati (Tawadhu’): Menjauhkan diri dari kesombongan intelektual atau spiritual, karena kita menyadari keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah yang tak terbatas, dan ketidakmampuan kita untuk mengatur seisi alam.
- Kreativitas yang Terarah: Mengarahkan kreativitas dan inovasi manusia untuk berkreasi dalam koridor Curriculum Divine, bukan di luar atau bertentangan dengannya. Inovasi yang Islami adalah inovasi yang selaras dengan hukum-hukum Allah.
- Ketaatan Penuh dan Menyeluruh: Menghilangkan sikap pilih-pilih dalam beragama, karena setiap ayat dan hukum adalah bagian tak terpisahkan dari kurikulum yang sempurna.
Pada akhirnya, “Follow The Truth: Samina wa Atha’na” adalah ajakan untuk menjadi murid yang baik dalam “sekolah semesta” yang diatur oleh Allah SWT. Ini adalah pengakuan bahwa Allah Maha Hidup, Maha Mengatur, dan Maha Mengajar segala sesuatu, dan bahwa kebahagiaan sejati terletak pada keselarasan total dengan Curriculum Divine yang telah Dia tetapkan. Dari seekor nyamuk hingga galaksi terjauh, semua bersaksi tentang keagungan-Nya, dan kita, sebagai manusia, diajak untuk turut serta dalam ketaatan yang indah ini.