Views: 1
🌿 Hidup Adalah Amanah, Mati Adalah Janji
Refleksi dari QS. Ali Imran: 145 dan QS. Al-Baqarah: 255
“Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya…”
(QS. Ali Imran: 145)
1. Takut Mati, Tapi Lupa Hidup
Banyak orang takut akan datangnya kematian, seolah ia adalah bencana besar yang patut dihindari. Namun, sesungguhnya yang lebih patut ditakuti bukanlah kematian itu sendiri, melainkan hidup yang tidak dijalani dengan benar. Ayat ini menegaskan bahwa kematian bukan musibah, melainkan janji Allah yang sudah ditetapkan waktunya, dan setiap makhluk pasti akan mengalaminya. Tidak ada yang bisa mempercepat atau menunda, tidak pula bisa menolaknya.
Kematian adalah janji, bukan ancaman.
Yang menjadi pertanyaan utama bukanlah “Kapan aku akan mati?”, melainkan “Untuk apa aku hidup?”
2. Pilihan Ada di Tangan Kita: Dunia atau Akhirat
Ayat ini juga menyampaikan bahwa Allah memberi manusia kebebasan untuk memilih tujuan hidup: apakah ia ingin hanya mengejar dunia semata, atau menjadikan dunia sebagai jalan menuju akhirat.
“Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala (akhirat) itu…”
Ini bukan soal menjadi kaya atau miskin. Ini soal niat dan arah hati.
Orang yang bekerja, berdagang, mengajar, bahkan menulis huruf hijaiyah dengan niat lillah (karena Allah), maka setiap aktivitasnya akan bernilai ibadah. Sebaliknya, orang yang beramal besar tapi niatnya hanya demi pujian atau dunia, amal itu bisa tak bernilai di sisi Allah.
Kecil atau besar bukan pada bentuk amal, tapi pada niat dan tujuan.
3. Syukur: Kunci Segala Balasan
Allah mengakhiri ayat ini dengan rahasia luar biasa:
“Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Syukur bukan hanya ucapan alhamdulillah, tetapi kesadaran mendalam bahwa semua nikmat adalah titipan — dan harus digunakan untuk mendekat kepada-Nya. Orang yang bersyukur tidak hanya menikmati nikmat, tapi juga mengelolanya untuk kebaikan. Ia sadar waktu, tenaga, kesempatan, bahkan cobaan adalah ladang pahala jika disikapi dengan benar.
4. Kematian Itu Bukan Akhir, Hanya Ganti Pakaian
Bagi orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri — yang telah menata hidupnya, membersihkan hatinya, meredam egonya — kematian tidak lagi menakutkan. Ia tahu bahwa kematian hanyalah proses kembali. Dari jasad yang sementara, menuju asal yang kekal: Nur.
Sebagaimana ditegaskan dalam Ayat Kursi:
“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup dan terus menerus mengurus makhluk-Nya. Tidak mengantuk dan tidak tidur…”
(QS. Al-Baqarah: 255)
Semua makhluk berada dalam kuasa-Nya. Semua berada dalam Allahu Shomad — tempat bergantung segala sesuatu (QS. Al-Ikhlas: 2). Maka bagi jiwa yang tenang, kematian bukan kehancuran. Ia hanya ganti pakaian. Dari yang berat menjadi ringan. Dari jasmani menjadi ruhani.
5. Menulis Hijaiyah, Menulis Cinta
Di dunia literasi Qur’an, seperti dalam program Follow The Line di DIBILQA.ID, kita belajar menulis huruf hijaiyah. Tapi sejatinya, kita sedang belajar lebih dari itu:
Kita sedang menata kesabaran.
Kita sedang merawat kecintaan kepada Al-Qur’an.
Kita sedang menyulam pahala dari setiap garis dan titik yang kita goreskan.
Menulis bukan sekadar gerakan tangan, tapi gerakan hati.
Satu garis bisa menjadi saksi, satu titik bisa menjadi cahaya.
🌿 Penutup: Hidupkan Hidup Sebelum Mati
Jangan takut mati.
Takutlah jika kita belum benar-benar hidup.
Karena hidup adalah amanah — dan mati adalah janji.
Dan keduanya saling terikat: siapa yang menjaga amanah hidup, akan siap menyambut janji kematian.
