Hidup Hanya 1.5 Jam

Views: 0

Hidup Hanya 1.5 Jam dalam Waktu Akhirat: Jangan Sia-Siakan

Pernahkah kita benar-benar berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia ini dan bertanya: “Untuk apa aku hidup?” Mungkin kita terlalu sibuk mengejar dunia, terlalu larut dalam rutinitas tanpa menyadari bahwa waktu kita di dunia ini sesungguhnya sangat singkat, bahkan lebih singkat dari yang kita bayangkan.

Rasulullah SAW bersabda,

“Umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, sedikit yang melebihinya.” (HR. Tirmidzi no. 2331, Ibnu Majah no. 4236, dishahihkan oleh Al-Albani)

Rata-rata umur kita hanya sekitar 63 tahun. Angka ini tidaklah panjang jika dibandingkan dengan umur umat-umat terdahulu yang mencapai ratusan hingga ribuan tahun. Namun, yang lebih mencengangkan adalah ketika kita mengukur waktu hidup ini dengan standar akhirat.

Allah berfirman,

“Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. Al-Hajj: 47)

Bayangkan, 1 hari di akhirat setara dengan 1000 tahun dunia. Jika dihitung, maka 1 jam akhirat kira-kira setara dengan 41.6 tahun dunia. Dengan demikian, 63 tahun usia dunia kita itu hanya setara dengan sekitar 1.5 jam waktu akhirat.

Satu setengah jam.

Ya, hanya 1.5 jam. Begitu singkat, begitu cepat.

Mengapa Kita Harus Peduli?

Karena waktu itu adalah modal hidup. Waktu adalah kesempatan yang tidak akan pernah kembali. Setiap detik yang berlalu adalah bagian dari umur kita yang terus berkurang, mendekatkan kita pada kematian.

Dalam satu hadits disebutkan:

“Gunakan lima perkara sebelum datang lima perkara: mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum fakirmu, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.”
(HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Hidup ini adalah kesempatan. Kesempatan untuk beramal, untuk taat, untuk memperbaiki diri, untuk mendekat kepada Allah. Tetapi bagaimana jika kesempatan itu kita sia-siakan?

Bagaimana jika waktu 1.5 jam itu hanya kita gunakan untuk mengejar dunia?

Bagaimana jika kita tidak menggunakan kesempatan itu untuk mengumpulkan bekal menuju akhirat?

Jangan Tunggu Hidayah, Jemputlah!

Banyak orang beranggapan bahwa hidayah itu akan datang sendiri, seiring waktu, tanpa usaha. Ini adalah kesalahpahaman yang sangat berbahaya. Hidayah itu harus dijemput, harus diikhtiarkan.

Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-Ankabut: 69)

Hidayah itu untuk mereka yang mau berusaha.

Dalam hadits qudsi:

“Barang siapa mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku akan mendekat kepadanya satu hasta. Barang siapa mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Barang siapa datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berlari.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Gerakkan hatimu.

Ambil langkah kecil.

Menulis Meski Satu Ayat: Langkah Menuju Cahaya

Salah satu cara sederhana tapi sangat bermakna dalam menjemput hidayah adalah menulis Al-Qur’an, meski hanya satu ayat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Sampaikan dariku walau satu ayat.”
(HR. Bukhari)

Menyampaikan, mempelajari, bahkan menulis satu ayat Al-Qur’an adalah bentuk penghambaan, bentuk cinta kita kepada wahyu Allah.

Allah berfirman:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.”
(QS. Al-‘Alaq: 1-4)

Qalam — pena — disebutkan langsung dalam Al-Qur’an sebagai alat pendidikan utama.

Menulis Al-Qur’an, ayat demi ayat, huruf demi huruf, adalah menulis cahaya ke dalam hati. Dengan menulis, kita memperlambat bacaan, memperdalam pemahaman, memperkuat hafalan, dan menanamkan ketenangan.

Menulis Al-Qur’an dengan metode Follow the Line adalah cara yang mudah dan terarah. Dengan metode ini, siapa pun — anak-anak, remaja, dewasa — bisa belajar menulis Al-Qur’an dengan rapi, indah, dan penuh cinta.

Tulislah meski hanya satu ayat.

Satu ayat yang kau tulis bisa menjadi tangga menuju Allah.

Mengapa Follow the Line?

Metode Follow the Line memudahkan siapa saja untuk:

  • Melatih ketelitian dan kesabaran.
  • Memperindah tulisan tangan.
  • Meningkatkan hafalan.
  • Menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur’an.
  • Menghidupkan tradisi tulis-menulis wahyu yang telah dilakukan oleh para sahabat Nabi.

Lebih dari itu, menulis Al-Qur’an bukan hanya ibadah, tapi juga terapi. Terapi untuk hati yang gersang, terapi untuk jiwa yang lelah, terapi untuk pikiran yang penat.

Hidupmu Singkat, Amalmu Abadi

Dalam rentang waktu 1.5 jam ini, setiap pilihan yang kita buat menentukan nasib kita di akhirat. Dunia ini adalah ladang amal, tempat kita menanam sebelum kita menuai.

Jangan sampai kita termasuk orang yang menyesal nanti:

“Wahai Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku mengerjakan amal saleh yang telah aku tinggalkan.”
(QS. Al-Mu’minun: 99-100)

Saat itu, permintaan itu sia-sia. Kesempatan sudah tertutup.

Sekaranglah waktunya.

Saat ini juga.

Mulailah.

Ambillah pena.

Tulislah ayat-ayat-Nya.

Tanamkan setiap huruf ke dalam hatimu.

Jadikan sisa waktu 1.5 jam ini berharga, bukan hanya di dunia, tapi di akhirat.

Penutup

Hidup hanya 1.5 jam dalam waktu akhirat.

Jangan sia-siakan.

Gerakkan hatimu, tulislah meski hanya satu ayat.

Satu ayat hari ini, cahaya abadi esok hari.

DIBILQA.ID
Menghidupkan Literasi Al-Qur’an. Menebar Cahaya. Menggerakkan Hati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »