Kembali Menghadap

Views: 2

Kembali Menghadap: Dari Lupa ke Sadar, Dari Membelakangi ke Menghadap

“Sebelumnya, kita tidak sadar diri. Bahkan tanpa kita sadari, kita sering membelakangi Allah — baik saat berbuat baik, maupun saat terjerumus dalam keburukan. Hati dan pikiran kita menjauh dari grand desain Fitrah Suci yang Allah tanamkan dalam jiwa. Kita hidup dalam rutinitas, dalam lintasan niat dan ambisi yang kadang memuaskan ego, namun mengabaikan ruh yang rindu pulang.”

Namun, ketika Allah berkehendak memberikan seberkas percikan cahaya-Nya, tersingkaplah sedikit dari selubung kealpaan itu. Muncul kesadaran baru, bahwa hidup bukan sekadar ada — tetapi mengarah, mengabdi, dan menghadap. Muncul kecerdasan ruhani yang menembus sekat-sekat logika dunia, dan kita mulai melihat: ternyata semua ini bukan tanpa arah, bukan tanpa maksud.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.'”
(QS. Al-A’raf: 172)

Kita pernah bersaksi. Tapi kita lupa.

Dan kini, saat kesadaran itu bergetar kembali — jangan tunda. Hadapkan seluruh jiwa kita kepada-Nya. Di sinilah, saat ini juga. Karena Tuhan tidak jauh. Dia dekat. Dia Maha Menyaksikan, Maha Mendengar, dan Maha Menyentuh hati yang mencari.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus…”
(QS. Ar-Rum: 30)

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku…”
(QS. Al-Baqarah: 186)

Mari. Di sini. Saat ini. Jangan tunggu momen besar untuk berubah. Kesadaran sekecil apa pun adalah undangan untuk kembali. Mari hadapkan diri seutuhnya pada Keesaan-Nya. Bukan hanya saat butuh, bukan hanya saat sempat — tetapi setiap saat, dalam setiap detik yang merupakan anugerah kehidupan.

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.'”
(QS. Al-An’am: 162)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »