Views: 6
Tubuh: Magnet Cahaya-Nya yang Hidup
Pernahkah kita benar-benar hening, sejenak berhenti dari segala riuh dunia, lalu bertanya kepada diri sendiri: siapakah yang membuat jantung ini berdenyut? Siapa yang menggetarkan setiap sel dalam tubuh kita, tanpa henti, tanpa kita perintah secara sadar?
Jika kita menyadari dengan jernih, tubuh jasmani kita sejatinya bukan sekadar daging dan tulang. Ia adalah himpunan triliunan sel yang hidup, berdenyut, dan bergerak karena satu sumber: Nur Hayat-Nya. Cahaya kehidupan dari Allah, yang tak pernah padam, yang menyusup halus ke dalam jasad kita sejak ruh ditiupkan.
Ketika kesadaran ini mengakar, kita menjadi lebih dari sekadar makhluk hidup—kita menjadi magnit cahaya. Gerak dan diam kita bukan lagi karena keinginan pribadi, melainkan resonansi dari Kehendak Ilahi. Lisan yang mengucap dan tangan yang menulis menjadi medium bagi getaran Nur tersebut.
Dan di sinilah rahasianya: ketika seorang insan hidup dalam kesadaran bahwa tubuhnya adalah titipan Nur Hayat, maka setiap kata yang ia sampaikan—baik melalui lisan maupun tulisan—akan menghujam, bukan hanya ke telinga, tetapi ke hati dan akal budi para pembaca dan pendengarnya. Karena ia tidak sekadar bicara. Ia menggetarkan ruh.
Maka tidak heran jika kita pernah menangis membaca satu kalimat sederhana dari seorang wali, guru sejati, atau bahkan dari seseorang yang hidup dalam keheningan yang terjaga. Bukan karena kata-katanya indah, tetapi karena jiwanya terisi oleh Nur, dan Nur itulah yang menyapa kita melalui medianya.
Menjadi Medium, Bukan Pemilik
Ketika kita memahami bahwa tubuh ini bukan milik kita, melainkan amanah dari-Nya, kita berhenti menyombongkan kekuatan, kecerdasan, atau bakat. Kita sadar bahwa semua itu hanyalah pancaran Nur-Nya yang sementara dititipkan. Kita menjadi lebih rendah hati, dan sekaligus lebih kuat.
Setiap langkah menjadi doa. Setiap gerak menjadi dakwah. Setiap diam menjadi dzikir.
Penutup: Hidup dalam Getaran Nur
Jika engkau ingin ucapanmu menyentuh jiwa orang lain, maka mulailah dengan menyucikan dirimu. Bukan menyucikan dari kotoran fisik semata, tetapi dari kesombongan batin dan kepemilikan palsu atas tubuh ini.
Karena ketika engkau hidup dalam Nur-Nya, maka setiap gerakmu menjadi magnet, dan setiap diammu menjadi cahaya yang menggugah